passive cooling pada bangunan
A. passive cooling
Penelitian sistim pendinginan pasip pada bangunan di daerah
tropis ditekankan untuk memperoleh model bangunan dan tata bangunan yang dapat
meningkatkan kenyamanan dengan membatasi penggunaan peralatan mekanis untuk
tujuan kenyamanan. Permasalahan utama pada pendinginan pasip adalah eksplorasi
pemanfaatan kondisi iklim yang ada secara alami. Penelaahan pada potensi iklim
dan bentuk tatanan serta bentuk bangunan dan konstruksinya diperlukan untuk
dapat mengetahui prinsip pendinginan pasip yang sesuai Oldham and El-Zeky 1999
Pappareli Kurban and Cunsulo 1999. Thermal properties dari konstruksi bangunan
dan air-change pergantian udara dalam bangunan menempati urutan terdepan dalam
pertimbangan pematahan laju radiasi panas. Artinya pada tahap awal diupayakan sepenuhnya
agar konstruksi bangunan responsip terhadap iklim dan mampu menghasilkan
keseimbangan panas di dalam bangunan. Dalam penelitian tahun kedua tujuan
penelitian diarahkan untuk mengetahui pengaruh perbedaan iklim yang berhubungan
dengan lokasi terhadap elemen iklim yang berpengaruh pada bangunan mengetahui
pengaruh fungsi thermal properties dari material konstruksi danatau fungsi air
change dari sistim ventilasi terhadap kinerja termal bangunan pada iklim tropis
lembab dan mengetahui pengaruh iklim terhadap elemen material dan konstruksi
bangunan. Setelah dilakukan kajian awal pada tahun pertama selanjutnya pada
tahun kedua dilakukan pengamatan lapangan pada model skala 1 1 untuk memperoleh
validitas pengukuran dan prediksi thermal performance bangunan dengan metoda
dan program komputer yang ditetapkan AIOLOS untuk ventilasi dan ARCHIPAK untuk
termal. Metode penelitian ini secara khusus juga pemah dikembangkan dalam
pengujian sistim informasi aspek panas dalam rancang arsitektur oleh Santosa
1993-a. Dengan pembahasan tipologi bentuk arsitektur di daerah dataran tinggi
dan dataran rendah dihasilkan 15 model yang merupakan gambaran bentuk adaptasi
iklim arsitektur tropis. Sebagai hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa
perbedaan iklim yang berhubungan dengan lokasi altitude mempengaruhi kinerja
elemen iklim yang berpengaruh pada bangunan. Iklim dataran tinggi panas dan
dataran rendah dingin yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda pula
untuk kemungkinan rancangan hunian. Dalam pengukuran model kondisi lebih
optimal ditunjukkan oleh dinding ringan papan kayu hal ini dimungkinkan oleh
adanya pemanasan yang hanya terjadi pada siang hari. Berbeda dengan dinding
berat bata yang masih menyimpan panas pada malam hari. Jadi fungsi thermal
properties dari material konstruksi sangat berpengaruh dalam pendinginan pasip.
Iklim yang berbeda pada setiap lokasi berpengaruh terhadap kinerja elemen
bangunan dari material dan konstruksinya seperti yang ditunjukkan oleh hasil
simulasi. Kondisi ini diindikasikan oleh adanya kontradiksi hasil simulasi
obyek dengan iklim Malang dataran tinggi Surabaya dan Sumenep dataran rendah.
Hal yang menjadi faktor penentu adalah karakter material yang dibutuhkan oleh
setiap lokasi untuk pendinginan pasip cenderung berbeda.
Konsep
Strategi dari bangunan pasif yaitu mengambil keuntungan
langsung dari alam - khususnya
matahari dan angin - untuk mencapai kenyamanan hunian.
Prinsip desain pasif yang utama adalah orientasi tapak
bangunan yaitu memposisikan untuk
bangunan sesuai jalur matahari, penanaman pohon atau
pembuatan teritisan yang lebar.
Unsur lain yang cukup penting adalah penggunaan material
yang dapat mengisolasi panas pada
dinding dan atap agar dapat menjaga suhu interior bangunan
menjadi konsisten dan nyaman.
Gerakan rumah pasif dimulai oleh Passivhaus di Jerman,
dipelopori oleh Dr Wolfgang Feist pada
tahun 1996, dan telah menyebar ke banyak negara.
Komentar
Posting Komentar